sweety butterfly

sweety butterfly

Tuesday, July 19, 2011

Dinamika Hidup

Seperti matahari yang tak selamanya menerangi bumi, ada kalanya ia berhenti bersinar saat hari berganti malam.

Seperti bulan yang tak selamanya purnama, ada kalanya ia penuh atau setengah.

Seperti bintang yang tak setiap malam datang, kadang ia enggan menampakkan dirinya karena suatu alasan yang pasti.

Seperti langit yang tak selamanya biru segar, ada kalanya ia berubah jadi kelabu atau  jadi jingga keemasan.

Seperti bunga yang tak selamanya bermekaran, ada kalanya ia kuncup untuk suatu waktu.

Seperti daun yang tak selamanya hijau, ada masanya ia akan menjadi coklat dan rapuh secara perlahan.

Seperti pohon yang tak selamanya kokoh berdiri, akan ada masanya ia jatuh dan mati dimakan usia.

Seperti air pantai yang tak selamanya konstan, ada kalanya ia pasang atau surut.

Seperti lautan yang tak selamanya tenang, kadang ia marah dengan amukan ombaknya, kadang juga ia memberi ketenangan.

Seperti pelangi yang tak selamanya datang di perbatasan hujan dan senja, kadang ia muncul kadang juga tidak.

Seperti bumi yang tak selamanya siang atau malam, ia berotasi pada orbitnya, saling membagi pada belahan bumi lainnya.

Sama seperti halnya manusia, tak selamanya kita bertahan dalam satu garis lurus. Ada saatnya bergelombang, lurus lagi, dan begitu seterusnya. Sama seperti semangat kita yang terkadang penuh juga setengah. Rotasi kehidupan yang tak pernah lelah berhenti berputar membuat kita semakin yakin akan arti hidup yang sebenarnya, bahwa hidup kadang di atas kadang di bawah, tak selamanya membahagiakan juga menyedihkan, semua dapat gilirannya, semua dapat bagiannya. Tak selamanya mendung itu kelabu, karena sesungguhnya setelah itu, diluar sana ada warna-warna indah yang menanti, jika kita mau belajar memahaminya. Ini dia hikmah, yang jarang kita sadari kehadirannya. Tetap bersyukurlah selama bumi masih berputar pada porosnya, bersyukurlah selagi masih menjadi bagian dari bumi dengan sejuta pesonanya.

Akan tiba masanya, yang dulu tiada, kembali menjadi tiada.

Nothing Last Forever.

Wednesday, July 6, 2011

Refleksi

Meliuk-liuk ujungnya. Asik sendiri. Kuperhatikan.. ambisius sekali. Tak hentinya menari diatas kertas putih tanpa noda. 

Cahaya temaram lampu kamar membentuk kontur bayangan di dinding. Bayangan semu dari sudut istimewa. Istimewa... seperti sosok aslinya. Apa ini? Benda matikah? Ragu.

Terlalu lama menanti dalam tanda tanya besar. Kunyalakan lampu kamar secara perlahan. Sekejap bayangan itu hilang! Kemana? Seperti kunang-kunang, muncul jika bumi dalam keadaan gelap. Tapi benda apa ini? Apa yang sedang dilakukannya? Ih ngeri.

Semakin lama semakin penasaran saja dibuatnya. Aku lelah, ngantuk. Ah mungkin ini mimpi. Tapi semakin lama bayangannya semakin jelas. Ingin menunjukan identitas diri rupanya. Baiklah kalau begitu aku tunggu di depan perapian malam. Semakin mendekat semakin jelas ya.. terus.. terus.. dan yaaaa! Ya, aku kenal benda ini. Beberapa waktu lalu aku pernah menerimanya dari seseorang.

Bayangan itu ternyata benda cantik. Dia adalah spesies tumbuhan yang tumbuh cantik. Ya dia sejenis bunga. Bunga yang digerakan oleh tangan seseorang.

Tak jelas betul apa warnanya, tapi aku tahu percis bentuknya dan aku bisa merasakannya. Benda ini nyata, bukan bayangan fartamorgana. Ya namun bukan bunga sungguhan. Ia mati. Mati bersama keabadiannya. Dia, refleksi pena kesayanganku, yang meminta pemiliknya untuk mengukir karya lewat setitik goresan pena :)

*Thanks my inspiration, I know word aren’t much comfort at a time like this. But I’d like you to know. I’m thinking of you,  (A S).

Bandung, 03.37 am.

awkward thought

It feels like.. have nothing to post for a while. Ya sometime, I wait for inspiration. Outside, I feel there’s a deadline! And I think write is about sharing. Lets write!